Ketika saya berhenti untuk merenungkan, saya tersadar bahwa saya telah memiliki kursi ini selama sekitar 25 tahun (masukkan lelucon Anda sendiri di sini ...). Saya mendapatkannya secara gratis ketika perusahaan tempat ayah saya bekerja sedang memperbaiki perabot kantor. Itu kursi "normal". Bantal hitam. Roda. Kokoh. Tidak ada yang rusak. Itu membuat beberapa langkah dengan saya melalui berbagai rumah, dan bahkan masuk dan keluar dari penyimpanan. Jadi apa masalahnya?
Ketidaknyamanan itu menarik perhatian saya. Saya perhatikan lengan saya memiliki lekukan dari tempat saya bersandar di meja saya karena bagaimana kursi saya memposisikan saya. Rupanya, kursi ini terlalu rendah ke lantai untuk didirikan kantor saya saat ini. Tidak masalah. Saya hanya akan meraih ke bawah dan mengambil jammy kecil yang menaikkan kursi ... Saya meraih, tapi tidak ada jammy. Tunggu sebentar. Bagaimana itu bisa terjadi? Aku membalik kursinya dan cukup yakin, tidak ada jammy.
Jika seseorang meminta saya untuk mempertimbangkan mendapatkan kursi baru sebelum pengalaman ini, saya akan berdebat. “Kursi ini baik-baik saja. Sudah kursi saya untuk waktu yang lama. Itu gratis. Ayah saya memberikannya kepada saya, dan dia tidak lagi bersama kami. Mengapa membayar kursi baru ketika saya tidak membutuhkan biaya tambahan itu? ”Banyak alasan & mendorong balik.
Tetapi ketika akhirnya saya sadar berapa usia kursi ini sebenarnya dan ketidaknyamanan fisik yang ditimbulkannya, rasanya seperti tirai yang jatuh. Saya segera memesan kursi baru dari Amazon.
Itu membuat saya berpikir tentang bagaimana kita bisa menjalani hidup dengan beberapa titik buta, dan beberapa barang lama yang baru saja kita terbiasa. Kami tidak menyadarinya mungkin hanya sumber dari beberapa masalah yang kami hadapi saat ini.
Bisa jadi itu pola pikir lama. Bagi saya, saya baru-baru ini dipanggil oleh seseorang ketika saya berkata, “Saya bukan orang yang suka angka. Saya seorang yang kreatif. Karena itu, saya akan selalu payah dalam hal angka. ”Orang ini menantang saya untuk mengubah narasi saya. Saya mulai mencoba melihat data dan angka bukan sebagai musuh kreativitas, tetapi lebih sebagai indikator non-emosional yang dapat membantu. Saya cenderung terpengaruh oleh perasaan saya. Tapi perasaan saya bisa bohong. Saya bisa merasa gagal dan tidak ada yang peduli dengan karya kreatif saya, tetapi ketika melihat data, itu mungkin menceritakan kisah yang berbeda. Yang sebaliknya juga benar. Itu bisa menyelamatkan saya dari khayalan keagungan, berpikir saya membunuhnya, sementara data menunjukkan itu tidak benar-benar terjadi.
Mungkin bagi Anda itu adalah suara yang memberi tahu Anda apa yang tidak akan pernah bisa Anda capai. Saya harus mengatasi suara yang mengatakan kepada saya selama bertahun-tahun bahwa saya tidak bisa menggambar karena saya berjuang dengan proporsi. Baru-baru ini, saya bergumul dengan pemikiran bahwa saya dianggap sebagai penulis. “Yah, aku mungkin bisa berkomunikasi melalui tulisan, tapi aku bukan penulis. Selain itu, saya mengerikan dengan kesalahan pengejaan dan tata bahasa. ”Ini semua membatasi pemikiran dan perspektif. Apa yang baru saja Anda terima yang mungkin menghambat Anda?
Atau mungkin pola hubungan destruktif yang tampaknya terus menghalangi Anda (jika semua hubungan Anda benar-benar berantakan, apa denominator yang umum? ... Anda?) Mungkin Anda mungkin perlu perubahan perspektif. (Segalanya tidak akan pernah berubah. Saya adalah korban dari keadaan saya).
Kita semua memiliki bagasi yang terlalu lama digunakan dalam perjalanan. Dan rasa sakit tingkat rendah belum cukup menjamin pemeriksaan. Jadi pertimbangkan kualitas kursi kantor saya, periksa peluang Anda untuk melakukan diagnosa sendiri.
Saya menulis ini sambil duduk di kursi kantor baru saya yang nyaman. Mengapa saya menunggu begitu lama untuk mendapatkan yang baru?
Apa yang mungkin perlu Anda singkirkan yang baru saja Anda bawa untuk jangka waktu yang lama? Apakah Anda cukup berani untuk mengakuinya dengan keras, dan bahkan meninggalkan komentar?